KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia melakukan “barbarisme” setelah serangan rudal menghantam kota pelabuhan Odesa. Serangan itu membuat kesepakatan ekspor gandum penting antara Ukraina dan Rusia, yang ditandatangani beberapa jam sebelumnya, terancam gagal.
Moskow belum mengomentari serangan itu dan Kiev mengatakan persiapan masih berlangsung untuk melanjutkan ekspor biji-bijian meskipun ada pelanggaran yang nyata.
Tetapi pada Sabtu (23/7/2022) Presiden Zelensky mengatakan serangan itu menggambarkan bagaimana Moskow tidak dapat dipercaya untuk tetap berpegang pada kesepakatan yang telah disetujui.
“Jika ada orang di dunia yang bisa mengatakan sebelumnya bahwa semacam dialog dengan Rusia, semacam kesepakatan, akan diperlukan, lihat apa yang terjadi,” kata Zelensky dalam pesan video sebagaimana dilansir Reuters.
Dia bersumpah untuk melakukan segala kemungkinan untuk memperoleh sistem pertahanan udara yang mampu menembak jatuh rudal semacam itu di masa depan.
Ukraina adalah pengekspor biji-bijian utama, tetapi karena perang, sekira 20 juta ton biji-bijian terperangkap di pelabuhannya, tidak dapat diekspor karena pasukan Rusia. Hal ini menyebabkan kekurangan pangan dan kenaikan harga di seluruh Afrika, yang biasanya bergantung pada Ukraina dan Rusia untuk gandum.
Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani pada Jumat (22/7/2022), Rusia setuju untuk tidak menargetkan pelabuhan saat pengiriman biji-bijian sedang transit.
Tetapi hanya beberapa jam setelah perjanjian ditandatangani, dua rudal Kalibr menghantam pelabuhan Odesa, menurut pusat komando selatan militer Ukraina. Dua rudal lainnya ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara, tambahnya.
Serangan itu tidak menyebabkan kerusakan signifikan pada pelabuhan, kata pusat komando.